JENIS-JENIS HAMA PENGEREK BATANG PADI

Oleh : Didi Darmadi

Alumni Sekolah Pertanian Pembangunan (SPP) N Kepahiang-Bengkulu. E-mail: ma_di@plasa.com

 pengerek batang padi

 

  1. Pengerek Batang Padi Putih(Tryporyza innotata)

Tryporyza innotata dinamakan pengerek batang padi putih karena ngegatnya berwarna putih. Dahulu hama ini dikenal hama yang menghuni hamparan sawah tadah hujan. Hama ini dominan didaerah tadah hujan karena ham aini mampu berpuasa 3 sampai 6 bulan pada saat tanah sedang kering dan tidak ada tanaman padi. Namun demikian hama ini justru lebih banyak ditemukan didaerah berpengairan teknisseperti di jalur pantura (pantai utara jawa). Perubahan prilaku ini diduga merupakan akibat dari pembangunan saluran irigasi dan pengaruh pestisida yang digunakan secara terus menerus.

 

  1. Pengerek Batang Padi Kuning (Scirpopaga incertulas)

Scirpopaga incertulas atau disebut juga Tryporyza incertulas dkenal sebagai pengerek batang padi kuning karena ngegatnya berwarna kuning kecoklatan. Ciri lain dari ngegat ini adalah titik hitam dibagian belakang sayap depannya. Pada ngegat betina titik hitam ini lebih besar dan lebih jelas disbanding dengan titik hitam yang ada pada ngegat jantan. Dahulu hama ini dikenal sebagai hama yang ada pada pengairan yang baik dimana ngegat tidak mengalami masa puasa. Namun demikian kini hama ini justru menyebar di daerah yang menanam padi dua kali setahun.

 

  1. Pengerek Batang Padi Merah Jambu (Sesamia inferen)

Sesamia inferen disebut sedagai pengerek batang padi merah jambu karena ulatnya berwarna merah jambu. Pengerek batang ini tidaklah sepenting pengerek batang padi putih dan pengerek batang padi kuning. Populasinnya hanya sedikit dan belum pernah dilaporkan yang mengakibatkan kerusakan serius. Pengerek batang padi merah jambu hanya menyerang bersama-sama dengan pengerek batang padi kuning atau pengerek batang apadi putih.

 

  1. Pengerek Batang Padi Bergaris ( Chilo supressalis)

Chilo supressalis disebut pengerek batang apdi bergaris karena ulatnya memiliki dua garis memanjang. Hama ini juga tidak terlalu mengakibatkan kerusakan yang berarti pada tanaman padi.

 

  1. Pengerek Batang Padi Berkepala Hitam (Chilo polychrysus)

Chilo polychrysus disebut pengerek batang padi berkepala hitam karena ngengatnya berkepala hitam. Dan hama ini juga tidak menimbulkan kerusakan yang berarti pada tanaman padi.

 

  1. Pengerek Batang Padi Mata Bertungkai (Diopsis macropthalma)

Diopsis macropthalma disebut penegerek batang padi mata bertangkai karena bagian kepalanya mempunyai tonjolan berwarna merah yang bagian ujungnya membulat seperti mata yang bertangkai. Hama ini ditemukan dibenua Afrika.

 

BEBERAPA MUSUH ALAMI DARI HAMA PENGEREK BATANG PADI :

pada saat pengerek batang padi masih berupa telur, pengerek batang padi ini mempunyai musuh alami sebagai berikut :

 

  1. Parasit Telur Telenomus

Parasit telur Telenomus (Telenomus rowani;Hymenoptera;Scelionidae) merupakan parsit kecil berwarna hitam yang memparasiti telur-telur pengerek batang padi.tabuhan telenomus mencari ngegat betina pengerek batang yang telah siap bertelur dan kemudian hinggap di ujung perut ngegat dewasa, dekat dengan ovipositor (alat untuk meletakkan telur). Ketika ngegat mulai bertelur, tabuhan ini segera menitipkan telurnya dengan menyuntikkan kedalam telur-telur yang abru keluar dari ngegat-ngengat dewasa. Setelah 10-14 hari, yang keluar dari kelompok telur tersebut bukan ulat pengerek batang padi namun yang keluar tersebut adalah tabuhan telenomus baru yang siap mengamankan sawah dari serangan pengerek batang padi. Tingkat parasitasi tabuhan telenomus dilapangan adalah antara 36%-90%.

 

  1. Parasit Trichogramma

Parasit Trichogramma (Trichogramma japonicum; Hymenoptera; Trichogrammitidae) ini berwarna hitam, lebih kecil dari semut. Hama ini sering muncul dari kelompok telur pengerek batang. Parasit ini meletakkan telur dengan menyuntikkan ovipositornya diantara bulu-bulu halus yang menutup telur. Telur parasit diletakkan satu per satu pada tiap telur pengerek batang. Tingkat parsitasi dilapangan berkisar antara 40%.

 

  1. Jangkrik Ekor Pedang

Jangkrik ekor pedang (Metioche vittaticollis atau Anaxpha longipennis; Orthroptera: Gryllidae) merupakan jangkrik pemangsa. Jangkrik ini disebut jangkrik ekor pedang karena memiliki ekor seperti pedang. Cirri lain dari jangkrik ekor pedang adalah sungutnya yang panjang sehingga dibeberapa tempat jangkrik ini juga disebut jangkrik sungut panjang.bukan hanya jangkrik dewasa, jangkrik ekor pedang muda pun merupakan pemangsa kelompok telur pengerek batang padi yang rakus.

 

Dan masih banyak musuh-musuh lami yang lain, yang memangsa dari hama pengerek batang padi sesuai dengan fase-fase dari hama pengerek batang tersebut. Musuh-musuh alami ini dapat digunakan dalam pertanian organic yang memamnfaatkan musuk alami sebagai pengendali hama dan bukan mengunakan pestisida yang dapat membunuh segala macam mahluk hidup yang ada diekosistem tersebut.

Pustaka :Handoko Widagdo.1994. Pengendalian Hama Pengerek Batang Padi. Andi Offset, Yogyakarta.

Menghadapi penyakit virus, cendawan, bakteri dan nematoda

Oleh : Didi Darmadi

Alumni Sekolah Pertanian Pembangunan (SPP) N Kepahiang-Bengkulu. E-mail: ma_di@plasa.com

padi hawar daun

 

A. BAKTERI

Bakteri pada umumnya sukar dan hamper tidak dapat dibasmi dengan obat-obatan. Usaha untuk mengendalikan atau untuk mengurangi populasi bakteri dalam tanah dapat dilaksanakan dengan jalan “fumigasi” atau mensterilkan tanah dengan uap air, bisanya usaha tersebut terlalu mahal.

Usaha yang paling mijarab untuk mengendalikan bakteri adalah dengan :

  1. Menanam jenis tanaman yang immuun atau resisten.

  2. Mengadakan rotasi tanaman. Jangan menanam satu jenis tanaman terus-menerus di suatu tempat, bila jenis tersebut merupakan tanaman yang mudah diserang oleh bakteri tertentu.

  3. Usahakan kultur teknis yang khas untuk menghindarkan adanya penularan, misalnya dengan mengurangi ulangan marimbas dalam musim hujan.

Tindakan ini akan mengurangi percikan tanah yang dapat mempercepat penularan penyakit bakteri. Praktek ini dilaksanakan dalam pemeliharaan tanaman kol., untuk menghindarkan seranggan bacterium Campestris.

 

B. CENDAWAN

Menghadapi penyakit cendawan relative lebih mudah daripada bakteri, landasannya adalah :

  1. Adakan pengawasan yang ketat. Sekali ada kelompok cendawan menyusup dalam tanaman kita, berarti hasilnya sedikit banyak akan menurun.

  2. Adakan usaha preventif, dalam arti kata pencegahan, dengan menutup seluruh bagian tanaman dengan fungisida, sebelum cendawan menyusup.

  3. Bila ternyata kita sudah kebobolan usahakan pencegahan penularan yang lebih luas (menghentikan infeksi).

  4. Adakan penyemprotan fungisida beberapa kali. Iklim kan menentukan beberapa kalai akan dilakukan penyemprotan.

Usaha yang mujarap untuk menegndalikan penyakit cendawan adalah :

  1. Menanam jenis tanman yang resisten.

  2. Usahakan menanam menanam jenis-jenis yang peka sebanyak mungkin dalam musim kemarau, jika pengairan masih memungkinkan.

 

C. VIRUS

Usaha untuk mencegah adanya penularan hanya dapat dilaksanakan tidak secara langsung terhadap virusnya sendiri.

Untuk menghindarkan adanya virus didalam tanaman kita sedini mungkin, tindakan-tindakan dibawah ini perlu dilaksanakan ;

  1. Usahakan menanam bibit yang telah dinyatakan bebas virus.

  2. Usahakan menanam jenis tanman yang resisten

  3. Mengendaliakn serangga vector dari virus tersebut.

  4. Usahakan kebersihan yang sebaik-baiknya dalam menanam bibit yang mudah dihinggapi virus.

  1. PENYAKIT atau HAMA NEMATODA

Nematode walaupun ukurannya lebih besar dari pada ketiga penyakit yang telah disebutkan sebelumnya, tetap saja susah untuk diatasi.

Salah satu kultur teknik yang kini sudah banyak dilupakan adalah penanaman rabuk hijau. Rabuk hijau Clotalaria usaramuensis, merupakan leguminosa yang sagat tidak disukai oleh sejenis nematode Heterodera marioni. Denagn menanam clotalaria tersebut maka nematode tadi akan kelaparan dengan sendirinya populasinya akan sangat tertekan.

Penanaman tagets, atau bunga kenikir dapat pula menghalau beberapa jenis nematode.

 

Pustaka : Rismunandar.1981. Penyakit Tanaman Pangan dan Pengendaliannya. Sinar Baru, Bandung.

Hama dan penyakit tanaman kelapa sawit

Oleh : Didi Darmadi

Alumni Sekolah Pertanian Pembanguan (SPP) N Kepahiang-Bengkulu. E-mail: ma_di@plasa.com

 

 

Tanaman kelapa sawit termasuk tanaman yang kuat karena serangan hama dan penyakit jarang membahayakan.

 kelapa sawit

 

HAMA PENTING PADA KELAPA SAWIT

  1. Hama Nematoda

Penyebab : Nematoda Rhadinaphelenchus cocophilus

Gejala yang terserang hama ini :

  • Daun baru yang akan membuka menjadi tergulung dan tumbuh tegak.

  • Daun berubah menjadi kuning kemudian mongering.

  • Tandan bunga membusuk dan tidak membuka sehingga tidak menghasilkan buah.

Pengendaliannya : meracuni pohon yang terserang dengan natrium arsenit dan setelah mati / kering segera dibongkar untuk menghilangkan sumber infeksi.

  1. Hama Tungau

Penyebab : Tungau merah ( Oligonychus )

    • Tungau ini berukuran 0,5 mm, hidup disepanjang tulang anak daun sambil mengisap cairan daun sehingga warna daun berubah menjadi mengkilat berwarna bronz.

    • Hama ini berkembang pesat dan membahayakan dalam keadaan cuaca kering pada musim kemarau.

    • Gangguan tungau pada pesemaian dapat mengakibatkan rusaknya bibit.

Pengendalian : penyemprotan dengan akarisida Tetradifon (Tedion) 0,1 – 0,2 %. Racun ini dapat digunakan dengan baik karena tidak membunuh musuh alaminya.

  1. Hama serangga.

  • Hama ulat setora, Setora nitens.

Kupu-kupu Setora meletakkan telurnya di bawah permukaan daun dekat pada ujungnya. Ulat Setora memakan daun dari bawah, sehingga kadang-kadang yang tersisa hanya lidinya saja.

Pengendalian : Ulat ini dapat dikendalikan dengan penyemprotan racun kontak, misalnya Hostation 25 ULV, Sevin 85 ES, Dursban 20 EC dengan konsentrasi 0,2 – 0,3 %.

  • Kumbang oryctes , Oryctes rhinoceros

Gejala serangan : Kumbang dewasa masuk ke dalam daerah titik tumbuh dan memakan bagian yang lunak.bila serangan mengenai titik tumbuh, tanaman akan mati, tetapi bila makan bakal daun hanya menyebabkan daun dewasa rusak seperti terpotong gunting.

Pengendalian : untuk mencegah berkembangnya hama ini, kebersihan di sekitar tanaman harus dijaga baik. Sampah-sampah atau pohon yang mati dibakar agar larva hama ini mati.

Pemberantasan secara biologis dengan menggunakan cendawan Metharrizium anisopliae dan virus Baculovirus oryctes.

  • The oil palm bunch moth

Penyebab : Ngengat Tirathaba mundella

Gejala serangan : Telur-telur Tirathaba diletakkan pada tandan buah terutama pada

buah-buah yang telah masak atau busuk. Setelah menetas, ulat atau larva melubangi buah-buah muda atau memakan permukaan buah yang matang.

Pengendalian : Ulat Tirathaba dapat dikendalikan dengan Dipterex atau Thiodan.

Caranya sbb. : 0,55 kg Dipterex atau Thiodan dilarutkan dalam air sebanyak 370 liter (dosis per hektar) dan diaduk sampai merata, selanjutnya disemprotkan pada kelapa sawit yang terserang ulat Tirathaba tersebut.

  1. Mamalia

Hama yang termasuk mamalia (binatang menyusui) adalah babi hutan dan kera. Hama ini sangat merusak tanaman kelapa sawit. Di beberapa daerah tertentu di Sumatera, gajah sering menyebabkan kerusakan yang serius pada tanaman kelapa sawit muda. Selain itu juga tikus (rodentia) merupakan hama yang merusak (memakan) buah kelapa sawit yang sudah tua.

 

PENYAKIT PENTING PADA KELAPA SAWIT

  1. Penyakit akar Blast disease

Penyebab : cendawan Rhyzoctonia lamellifera dan Phytium sp.

Gejala serangan :

  • Bila menyerang pesemaian dapat menyebabkan kematian bibit secara mendadak.

  • Bila menyerang tanaman dewasa akan menyebabkan daun menjadi layu, kemudian tanaman mati.

  • Kalau perakaran tanaman dilihat, tampak adanya pembusukan pada akar.

Pengendalian :

  • Pembuatan pesemaian yang baik agar pertumbuhan bibit sehat dan kuat.

  • Pemberian air irigasi pada musim kemarau dapat mencegah terjadinya gangguan penyakit ini.

 

  1. Penyakit garis kuning pada daun

Penyebab : cendawan Fusarium oxysporum

Gejala serangan :

  • Infeksi penyakit sudah terjadi pada saat daun belum membuka.

  • Setelah daun membuka akan tampak adanya bulatan-bulatan oval berwarna kuning pucat mengelilingi warna coklat tempat konidiofora.

  • Bagian-bagian tersebut kemudian mengering.

Pengendalian : Menanam bibit yang bebas dari infeksi penyakit ini.

  1. Penyakit batang dry basal rot.

Penyebab : cendawan Ceratocyctis paradoxa.

Gejala serangan :

  • Tandan buah yang sedang berbunga mengalami pembusukan.

  • Pelepahnya mudah patah, tetapi daun tetap berwarna hijau untuk beberapa saat, meskipun pada akhirnya akan membusuk dan mongering.

  • Semua gejala tersebut sesungguhnya disebabkan karena terjadinya pembusukan (busuk kering) pada pangkal batang.

Pengendalian : Menanam bibit yang bebas dari infeksi penyakit ini.

  1. Penyakit busuk tandan (bunch rot)

Penyebab : cendawan Marasmius palmivorus sharples.

Gejala serangan :

  • Penyakit ini menyerang tanaman berumur 3 – 10 tahun.

  • Menyerang buah yang matang dan dapat menembus daging buah, sehingga menurunkan kualitas minyak sawit.

Pengendalian :

  • Tindakan pencegahan dilakukan dengan melakukan penyerbukan buatan dan sanitasi kebun terutama pada musim hujan.

  • Membuang semua bunga dan buah yang membusuk dan membakar tandan buah yang terserang.

  • Dapat disemprot dengan menggunakan Difolatan atau Actidone dengan konsentrasi 0,2 % atau sebanyak 0,7 liter/ha dengan interval waktu 2 minggu sekali.

 

Pustaka : Anonim…. Hama Penting Pada Tanaman Kelapa sawit………..

 

Daftar-daftar istilah dalam ilmu serangga

Oleh : Didi Darmadi

Alumni Sekolah Pertanian Pembangunan (SPP) N Kepahiang-Bengkulu. E-mail: ma_di@plasa.com

Abdomen : perut; daerah tubuh serangga yang paling belakang (ketiga).

Botol pembunuh : botol yang digunakan sebagai tempet untuk membunuh serangga yang didapatkan darril lapangan untuk keperluan penelitian atau koleksi. Didalam botol pembunuhan tersebut terdapat bahan-bahan atau zat pembunuh, misalnya KCN.

Cairan pupa : meconium; cairan yang biasa meneyelimuti calon serangga dewasa yang abru keluar dari pupa.

Diapuse : masa istirahat pada perkembangan serangga.

Elytra : sayap depan bangsa kumbang (Coleopteran) dan cocopet (Dermaptera) yang bersifat keras seperti kulit, namun rapuh.

Embun madu : cairan gula dari bangsa kutu jenis tertentu, misalnya kutu aphid.

Femur : sebutan untuk ruas ketiga kaki serangga.

Halter : modifikasi sayap belakang bangsa lalat dan yamuk berupa pentolan kecil, dan berfungsi sebagai alat keseimbangan.

Hemelitra : sayap depan bangsa kepik.

Insang : alat bernapas jenis binatang akuatik tertentu, merupakan pelebaran dinding tubuh atau usus belakang yang berfungsi sebagai tempat pertukaran udara.

Instar : masa diantara pergantian kulit pada serangga.

Jaring serangga : alat berupa jarring kecil yang digunakan untuk menagkap serangga, terutama serangga terbang.

Jarum koleksi : jarum pentol dengan macam-macam diameter yang digunakan untuk menusuk serangga, untuk keperluan koleksi.

Kampuh : celah dibagian luar tubuh berupa garis pada dinding tubuh.

Kanibalisme : pristiwa makan-memakan anatar individu pada satu jenis yang sama.

Karnivora : pemakan daging.

Kelenjar bau : kelenjar penghasil cairan berbau khas, misalnya pada bangsa kepik dan jenis kumbang tertentu.

Keranjang serbuksari : corbicula; daerah lunak pada permukaan luar ruas keempat kaki belakang lebah yang dibatasi oleh rambut-rambut panjang melengkung.

Kopulasi : sanggama; bertemunya alat kelamin jantan dan betina.

Labium : salah satu bagian alat mulut; bibir bawah.

Larva : tahap hidup diantara tahap hidup tahap telur dan pupa, dan biasanya digunakan untuk menyebut serangga pra-dewasa dari serangga dengan tipe metamorfosis sempurna.

Lembaran sepirakel : lembaran yang terdapat disekitar sepirakel (lubang pernapasan).

Maksila : sepasang bagian alat mulut yang terdapat dibagian mandibula.

Mandibula : rahang; sepasang bagian alat mulut yang terletak dibagian depan.

Mata majemuk : mata yang tersusun atas banyak mata tunggal.

Mata sederhana : ocelli; terdapat pada serangga dan binatang yang berbuku-buku yang lain, terletak diantara pangkal antenaatau kedua buah mata majemuk.

Mata tunggal : ommatidia; unit tunggal dari mata majemuk.

Metamorfosis : perubahan bentuk selama perkembangan.

Nadi : vena; garis menebal pada sayap (serangga).

Naiad : nimfa yang hidup didalam air dan bernafas dengan insang.

Nasuti : salah satu kastra rayap yang berbentuk kepalanya sempit dan meruncing pada bagian ujungnya, sehingga membentuk moncong.

Nimfa : sebutan serangga pra-dewasa pada serangga yang meta morfosisnya sederhana.

Nocturnal : aktif pada malam hari.

Omnivore : pemakan segala.

Ovipositor : alat peletak telur pada beberapa serangga betina.

Parasitoid : serangga parasit, dapat hidup diluar atau didalam inangnya.

Partenogenesis : berkembangnya telur yang tidak dibuahi.

Pedisel : tonjolan diantara toraks dan abdomen semut.

Penampung seperma : (pada capon dan sibar-sibar jantan) tempat untuk menyimpan sementara sperma yang dikeluarkan dari alat kelamin untuk kemudian disalurkan ke dalam tubuh serangga betina pada saat kopulasi.

Penis : alat kelamin jantan yang berada diluar tubuh.

Polifagus : kisaran inangnya lebar; pemakan banyak jenis makanan.

Polimorfisme : berbentuk tubuh banayak.

Populasi : sekumpulan mahluk hidup sama jenis yang hidup pada satu tempat tertentu.

Peredasius : bersifat pemangsa.

Predator : pemangsa.

Prepupa : tahap diam diantara masa larva dan pupa; instar ketiga dari jenis thrips.

Puparium : bungkus yang berbentuk oleh pengerasan kulit larva instar terakhir sehingga pupa akan terbentuk; pada bangsa lalat.

Pupasi : pergantian kulit dari larva instar terakhir menuju ketahap pupa.

Soliter : penyendiri (pada beberapa jenis lebah, tawon, semut dan kepik).

Stylet : alat penusuk pada serangga yang mempunyai alat mulut bertipe pencucuk-penghisap; bentuknya seperti jarum.

Subimago : instar bersayap yang segera berkembang menjadi serangga dewasa matang kawin; pada lalat sehari.

Tabung malfigi : organ pengeluaran urin serangga, yang berupa pipa panjang yang bermuara pada usus belakang.

Tegmina : sayap depan berupa kulit pada bangsa belalang.

Toraks : dada; daerah tengah (kedua) dari tubuh serangga.

Vena palsu : garis tebal serupa vena diantara vena sejati radius dan median pada lalat apung dewasa.

Pustaka : Nugroho Susetya Putra.1994. Serangga Di Sekitar Kita. Kanisius, Yogyakarta.

kunci Deteminasi Serangga

Oleh : Didi Darmadi

Alumni Sekolah Pertanian Pembangunan (SPP) N Kepahiang-Bengkulu. E-mail: ma_di@plasa.com

 

  1. TAKSONOMI SERANGGA

Itilah Taksonomi berasal adari bahasa Yunani yaitu taxis yang berarti susunan dan nomos yang berarti hokum. Jadi secara umum taksonomi penyusunan yang teratur dan bernorma mengenai organisme,-organisme kedalam kelompok-kelompok yang tepat dengan menggunakan nama-nama yang sesuai dan benar.

Identifikasi, deskripsi, pengumpulan data tentangcontoh serangga yang diselidiki, juga pencarian pustaka mengenai serangga tersebut seperti adaptasi, distribusi dalam macam tanaman inang yang termasuk kegiatan sehari-hari yang dilakukan seorang taksonom.

Taksonomi sebagian besar didasarkan atas persamaan cirinya. Serangga dengan cirri yang sama dimasukkan dalam kelompok yang sama, jadi disini melakukan klasifikasi. Kategoro klasifikasi untuk binatang pada dasarnya adalah :

Golongan

Phylum

Klas

Ordo (bangsa)

Famili (suku, marga)

Genus (keluarga)

Spesies (jenis)

Golongan binatang secara berurutan akan terdiri atas beberapa phylia, satu phylia terdiri atas beberapa klas, demeikian seterusnya yang berarti jumlahnya akan terus meningkat dalam setiap kelompok. Kelompok spesies/jenis terdiri atas sekitar satu juta nama.

Semua serangga adalah anggota dari phylum Artropoda, yaitu binatang dengan kaki beruas-ruas. Serangga yang biasa dikenal sebagai lebah madu dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

 

 

Golongan : Animalia

Phylum : Arthropoda

Klas : Insekta

Ordo : Hymenoptera

Famili : Apidae

Genus : Apis

Spesies : Aphis melliferai

Nama yang dipakai satu spesies binatang adalah nama umum daerah setempat dan nama ilmiah. Contoh diatas atas nama umumnya adalah lebah madu (honey bee). Nama ilmiah suatu spesies terdiri atas genus, spesies dan nama penemu (author) yang telah menemuakan suatu spesies dalam susunan taksonominya. Nama ilmiah lebah madu adalah Apis mellifera Linnaeus.

 serangga

 

  1. Klasifikasi Serangga

Dunia binatang terdiri atas 14 phyla. Dasar yang dipakai adalah kekompleksan dan unkin dari urutan evolusinya sehingga phyla binatanag disusun dari phylum yang rendah ke phylum yang tinggi.

Serangga atau insecta termasuk dalm pylum Arthropoda. Arthropoda terbagi menjadi 3 sub phylum ialah Trilobita, Mandibulata. Dan Chelicerata. Sub phylum Trilobita tealah punah dan tinggal sisa-sisanya (fossil). Sub phylum Mandibulata terbagi menjadi beberapa kelas,salah satu diantaranya adalah kelas insekta (hexapoda), Chelicerata juga terbagi dalam beberapa kelas termasuk Arachnida di dalamnya. Untuk lebih jelasnya, klasifikasi ini dapat dilihat pada bagan berikut :

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Pustaka : Anggota IKAPI. 2004. Kunci Determinasi Serangga, Program Nasional Pelatihan dan Pengembangan Pengendalian Hama Terpadu. Kanisius, Yogyakarta.

 

 

 

 

 

HAMA DAN PENYAKIT

HAMA DAN PENYAKIT

Hama

1) Hama pada belut adalah binatang tingkat tinggi yang langsung mengganggu kehidupan belut.

2) Di alam bebas dan di kolam terbuka, hama yang sering menyerang belut antara lain: berang-berang, ular, katak, burung, serangga, musang air dan ikan gabus. Di pekarangan, terutama yang ada di perkotaan, hama yang sering menyerang hanya katak dan kucing. Pemeliharaan belut secara intensif tidak banyak diserang hama.

Penyakit Penyakit yang umum menyerang adalah penyakit yang disebabkan oleh organisme tingkat rendah seperti virus, bakteri, jamur, dan protozoa yang berukuran kecil.
Dikutip dari :http://trimudilah.wordpress.com/2006/12/05/budidaya-belut-2/

hama belut sawah

PEMASARAN

ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA

10.1.Analisis Usaha Budidaya Perkiraan analisis budidaya belut selama
3 bulan di daerah Jawa Barat pada tahun 1999 adalah sebagai berikut:

1) Biaya Produksi a. Pembuatan kolam tanah 2 x 3 x 1, 4 HOK @ Rp.
7.000,- Rp. 28.000,- b. Bibit 3.000 ekor x @ Rp. 750,- Rp. 225.000,-
c. Makanan tambahan (daging kelinci 3 ekor) @ Rp.15.000,-Rp. 45.000,-
d. Lain-lain Rp. 30.000,- Jumlah Biaya Produksi Rp. 328.000,-

2) Pendapatan: 3000 ekor = 300 kg x @ Rp. 2.500,- Rp. 750.000,-

3) Keuntungan Rp. 422.000,-

4) Parameter Kelayakan Usaha 2,28 10.2.Gambaran Peluang Agribisnis
Budidaya ikan belut, baik dalam bentuk pembenihan maupun pembesaran
mempunyai prospek yang cukup baik. Permintaan konsumen akan keberadaan
ikan belut semakin meningkat. Dengan teknik pemeliharaan yang baik,
maka akan diperoleh hasil budidaya yang memuaskan dan diminati
konsumen.

Dikutip dari :http://groups.google.co.id/group/belutjawa/msg/93463d210c0da8b0

PROSPEK PASAR BELUT DI HONGKONG

Siang itu Juli 2006 di Batutulis, Bogor, pancaran matahari terik membuat Ruslan Roy harus berteduh. Ia tetap awas melihat kesibukan pekerja yang memilah belut ke dalam 100 boks styrofoam. Itu baru 3,5 ton dari permintaan Hongkong yang mencapai 60 ton/hari, ujar Ruslan Roy.

Alumnus Universitras Padjadjaran Bandung itu memang kelimpungan memenuhi permintaan belut dari eksportir. Selama ini ia hanya mengandalkan pasokan belut dari alam yang terbatas. Sampai kapan pun tidak bisa memenuhi permintaan, ujarnya. Sebab itu pula ia mulai merintis budi daya belut dengan menebar 40 kg bibit pada Juli 1989.

Roy-panggilan akrab Ruslan Roy-memperkirakan seminggu setelah peringatan Hari Kemerdekaan ke-61 RI semua Monopterus albus yang dibudidayakan di kolam seluas 25 m2 itu siap panen. Ukuran yang diminta eksportir untuk belut konsumsi sekitar 400 g/ekor. Bila waktu itu tiba, eksportir di Tangerang yang jauh-jauh hari menginden akan menampung seluruh hasil panen.

Untuk mengejar ukuran konsumsi, peternak di Jakarta Selatan itu memberi pakan alami berprotein tinggi seperti cacing tanah, potongan ikan laut, dan keong mas. Pakan itu dirajang dan diberikan sebanyak 5% dari bobot tubuh/hari.

Dengan asumsi tingkat kematian 5-10% hingga berumur 9 bulan, Roy menghitung 4-5 bulan setelah menebar bibit, ia bakal memanen 400 kg belut. Dengan harga Rp40.000/kg, total pendapatan yang diraup Rp 16 juta. Setelah dikurangi biaya-biaya sekitar Rp 2 juta, diperoleh laba bersih Rp 14 juta.

Keuntungan itu akan semakin melambung karena pada saat yang sama Roy membuat 75 kolam di Rancamaya, Bogor, masing-masing berukuran sekitar 25 m2 berkedalaman 1 m. Pantas suami Kastini itu berani melepas pekerjaannya sebagai konsultan keuangan di Jakarta Pusat.

Perluas areal

Nun di Bandung, Ir R M Son Son Sundoro, lebih dahulu menikmati keuntungan hasil pembesaran belut. Itu setelah ia dan temannya sukses memasok ke beberapa negara. Sebut saja Hongkong, Taiwan, Cina, Jepang, Korea, Malaysia, dan Thailand. Menurut Son Son pasar belut mancanegara tidak terbatas. Oleh karena itu demi menjaga kontinuitas pasokan, ia dan eksportir membuat perjanjian di atas kertas bermaterai. Maksudnya agar importir mendapat jaminan pasokan.

Sejak 1998, alumnus Teknik dan Manajemen Industri di Institut Teknologi Indonesia, itu rutin menyetor 3 ton/hari ke eksportir. Itu dipenuhi dari 30 kolam berukuran 5 m x 5 m di Majalengka, Ciwidey, Rancaekek, dan 200 kolam plasma binaan di Jawa Barat. Ia mematok harga belut ke eksportir 4-5 US$, setara Rp 40.000-Rp 60.000/kg isi 10-15 ekor. Sementara harga di tingkat petani plasma Rp 20.000/kg.

Permintaan ekspor belut
Negara Tujuan
Kebutuhan (ton/minggu)

Jepang
1.000

Hongkong
350

Cina
300

Malaysia
80

Taiwan
20

Korea
10

Singapura
5

Sumber: Drs Ruslan Roy, MM, Ir R. M. Son Son Sundoro, http://www.eelstheband.com, dan telah diolah dari berbagai sumber.

Terhitung mulai Juli 2006, total pasokan meningkat drastis menjadi 50 ton per hari. Itu diperoleh setelah pria 39 tahun itu membuka kerja sama dengan para peternak di dalam dan luar Pulau Jawa. Awal 2006 ia membuka kolam pembesaran seluas 168 m2 di Payakumbuh, Sumatera Barat.

Di tempat lain, penggemar travelling itu juga membuka 110 kolam jaring apung masing-masing seluas 21 m2 di Waduk Cirata, Kabupaten Bandung. Total jenderal 1 juta bibit belut ditebar bertahap di jaring apung agar panen berlangsung kontinu setiap minggu. Dengan volume sebesar itu, ayah tiga putri itu memperkirakan keuntungan sebesar US$2.500 atau Rp 20.500.000 per hari.

Di Majalengka, Jawa Barat, Muhammad Ara Giwangkara juga menuai laba dari pembesaran belut. Sarjana filsafat dari IAIN Sunan Gunungjati, Bandung, itu akhir Desember 2005 membeli 400 kg bibit dari seorang plasma di Bandung seharga Rp 11,5 juta. Bibit-bibit itu kemudian dipelihara di 10 kolam bersekat asbes berukuran 5 m x 5 m. Berselang empat bulan, belut berukuran konsumsi, 35-40 cm, sudah bisa dipanen.

Dengan persentase kematian dari burayak hingga siap panen 4%, Ara bisa menjual sekitar 3.000 kg belut. Karena bermitra, ia mendapat harga jual Rp12.500/kg. Setelah dikurangi ongkos perawatan dan operasional sebesar Rp 9 juta dan pembelian bibit baru sebesar Rp 11,5 juta, tabungan Ara bertambah Rp17 juta. Bagi Ara hasil itu sungguh luar biasa, sebab dengan pendapatan Rp 3 juta-Rp 4 juta per bulan, ia sudah bisa melebihi gaji pegawai negeri golongan IV.

Bibit meroket

Gurihnya bisnis belut tidak hanya dirasakan peternak pembesar. Peternak pendeder yang memproduksi bibit berumur tiga bulan turut terciprat rezeki. Justru di situlah terbuka peluang mendapatkan laba relatif singkat. Apalagi kini harga bibit semakin meroket. Kalau dulu Rp 10.000/kg, sekarang rata-rata Rp 27.500/kg, tergantung kualitas, ujar Hj Komalasari, penyedia bibit di Sukabumi, Jawa Barat. Ia menjual minimal 400-500 kg bibit/bulan sejak awal 1985 hingga sekarang.

Pendeder pun tak perlu takut mencari pasar. Mereka bisa memilih cara bermitra atau nonmitra. Keuntungan pendeder bermitra: memiliki jaminan pasar yang pasti dari penampung. Yang nonmitra, selain bebas menjual eceran, pun bisa menyetor ke penampung dengan harga jual lebih rendah 20-30% daripada bermitra. Toh, semua tetap menuai untung.

Sukses Son Son, Ruslan, Ara, dan Komalasari memproduksi dan memasarkan belut sekarang ini bak bumi dan langit dibandingkan delapan tahun lalu. Siapa yang berani menjamin kalau belut booming gampang menjualnya, ujar Eka Budianta, pengamat agribisnis di Jakarta.

Menurut Eka, memang belut segar kini semakin dicari, bahkan harganya semakin melambung jika sudah masuk ke restoran. Untuk harga satu porsi unagi-hidangan belut segar-di restoran Jepang yang cukup bergengsi di Jakarta Selatan mencapai Rp 250.000. Apalagi bila dibeli di Tokyo, Osaka, maupun di restoran Jepang di kota-kota besar dunia.

Dengan demikian boleh jadi banyak yang mengendus peluang bisnis belut yang kini pasarnya menganga lebar. Maklum pasokan belut-bibit maupun ukuran konsumsi-sangat minim, sedangkan permintaannya membludak. (Hermansyah/Peliput: Lani Marliani)

Dikutip dari :http://www.pustakatani.org/ProfilUsaha/tabid/57/ctl/ArticleView/mid/380/articleId/237/PasarBelutdiHongkong60TonPerHari.aspx

Pasar belut

By BPP Padang Ulak Tanding Dikirimkan di Pemasaran

PANEN DAN PASCA PANEN

PANEN

Pemanenan belut berupa 2 jenis yaitu :

1) Berupa benih/bibit yang dijual untuk diternak/dibudidayakan.

2) Berupa hasil akhir pemeliharaan belut yang siap dijual untuk
konsumsi (besarnya/panjangnya sesuai dengan permintaan pasar/
konsumen). Cara Penangkapan belut sama seperti menangkap ikan lainnya
dengan peralatan antara lain: bubu/posong, jaring/jala bermata lembut,
dengan pancing atau kail dan pengeringan air kolam sehingga belut
tinggal diambil saja.
PASCAPANEN

Pada pemeliharaan belut secara komersial dan dalam
jumlah yang besar, penanganan pasca panen perlu mendapat perhatian
yang serius. Hal ini agar belut dapat diterima oleh konsumen dalam
kualitas yang baik, sehingga mempunyai jaringan pemasaran yang luas.

Dikutip dari :http://groups.google.co.id/group/belutjawa/msg/93463d210c0da8b0 
Kegiatan pasca panen

PEMBUATAN KOLAM

PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA

6.1. Penyiapan Sarana dan Peralatan

1) Perlu diketahui bahwa jenis kolam budidaya ikan belut harus
dibedakan antara lain: kolam induk/kolam pemijahan, kolam pendederan
(untuk benih belut berukuran 1-2 cm), kolam belut remaja (untuk belut
ukuran 3-5 cm) dan kolam pemeliharaan belut konsumsi (terbagi menjadi
2 tahapan yang masing-masing dibutuhkan waktu 2 bulan) yaitu untuk
pemeliharaan belut ukuran 5-8 cm sampai menjadi ukuran 15-20 cm dan
untuk pemeliharan belut dengan ukuran 15-20 cm sampai menjadi ukuran
30-40 cm.

2) Bangunan jenis-jenis kolam belut secara umum relatif sama hanya
dibedakan oleh ukuran, kapasitas dan daya tampung belut itu sendiri.

3) Ukuran kolam induk kapasitasnya 6 ekor/m2. Untuk kolam pendederan
(ukuran belut 1-2 cm) daya tampungnya 500 ekor/m2. Untuk kolam belut
remaja (ukuran 2-5 cm) daya tampungnya 250 ekor/m2. Dan untuk kolam
belut konsumsi tahap pertama (ukuran 5-8 cm) daya tampungnya 100 ekor/
m2. Serta kolam belut konsumsi tahap kedua (ukuran 15-20cm) daya
tampungnya 50 ekor/m2, hingga panjang belut pemanenan kelak berukuran
3-50 cm.

4) Pembuatan kolam belut dengan bahan bak dinding tembok/disemen dan
dasar bak tidak perlu diplester.

5) Peralatan lainnya berupa media dasar kolam, sumber air yang selalu
ada, alat penangkapan yang diperlukan, ember plastik dan peralatan-
peralatan lainnya.

6) Media dasar kolam terdiri dari bahan-bahan organik seperti pupuk
kandang, sekam padi dan jerami padi. Caranya kolam yang masih kosong
untuk lapisan pertama diberi sekam padi setebal 10 cm, diatasnya
ditimbun dengan pupuk kandang setebal 10 cm, lalu diatasnya lagi
ditimbun dengan ikatan-ikatan merang atau jerami kering. Setelah
tumpukan-tumpukan bahan organik selesai dibuat (tebal seluruhnya
sekitar 30 cm), berulah air dialirkan kedalam kolam secara perlahan-
lahan sampai setinggi 50 cm (bahan organik + air). Dengan demikian
media dasar kolam sudah selesai, tinggal media tersebut dibiarkan
beberapa saat agar sampai menjadi lumpur sawah. Setelah itu belut-
belut diluncurkan ke dalam kolam.

Dikutip dari : http://groups.google.co.id/group/belutjawa/msg/93463d210c0da8b0 
Kolam belut dari bahan terpal

By BPP Padang Ulak Tanding Dikirimkan di Kolam

PAKAN BELUT

PKAN BELUT

PEMELIHARAAN DAN PEMBESARAN

1) Pemupukan Jerami yang sudah lapuk diperlukan untuk membentuk

pelumpuran yang subur dan pupuk kandang juga diperlukan sebagai salah

satu bahan organik utama.

2) Pemberian Pakan Bila diperlukan bisa diberi makanan tambahan berupa

cacing, kecoa, ulat besar(belatung) yang diberikan setiap 10 hari

sekali.

3) Pemberian Vaksinasi

4) Pemeliharaan Kolam dan Tambak Yang perlu diperhatikan pada

pemeliharaan belut adalah menjaga kolam agar tidak ada gangguan dari

luar dan dalam kolam tidak beracun.

Dikutip dari : http://groups.google.co.id/group/belutjawa/msg/93463d210c0da8b0

By BPP Padang Ulak Tanding Dikirimkan di Pakan